Selasa, 11 Juni 2013

Cinta Antara Cahaya dan Gelap

Aku berkutat dalam gelap
Meraba posisi menentukan jalan
Menanti Sang Surya benamkan hitam ini
Hingga cahaya perlahan menendang kelam

Mereka berkata "Tidakkah Kau tahu hitam itu indah???"
Kala doa bersemayam mengisi setiap sisi ruangan
Kala tak ada seberkas cahaya yang mengintip air disudut matamu
Kau tahu, Allah menjagamu meski kau dihujam dengan ribuan belati masalah

Lalu apa yang harusnya ku nanti???
Aku hanya ingin hangatnya kedamaian meski gelap menyelimutiku
Aku hanya ingin kelopak ketulusan meski cahaya menyiramiku

Maka biarkan hati yang jujur memilih dan memulai
Menjauhi gelap atau mengacuhkan cahaya

Entahlah, mungkin menyatukan mereka jauh lebih baik...
Mungkin saat itu kan aku temukan sebuah cerita tentang cinta antara cahaya dan gelap
Ya, itulah saat dimana aku mampu hidup dalam lingkaran dunia...

By : Indah Puspita Rini

Surat Indah Untuk Sahabat

Palembang, 11 Juni 2013

Assalamua'laikum warohmatullah hi wabarokatuh...

Apa kabar sahabat??? Hmmm, sudah berapa lama ya kita berpisah??? Setahuku baru satu minggu atau dua minggu. Tapi, rasa rinduku pada Kalian lebih dari aku menjelajah dunia hanya dengan berjalan kaki.

Kenapa ya, Allah mentakdirkan kita untuk berpisah??? Ya, mungkin itu yang terbaik menurut Allah SWT. Padahal, kita baru saja merajut benang persahabatan yang selama ini terulur panjang. Aku juga baru saja menemukan titik dimana aku merasa lebih hidup bila bersama dengan Kalian. Kalian membuka lebar mata serta hatiku tentang tak adanya orang tulus di dunia ini. Ada!!! Ternyata ada!!! Itu Kalian!!!

Kenangan itu masih sama seperti satu tahun lalu saat kita memulai berbagi kata dan keluh kesah. Seperti sebuah cerita dongeng yang akan terus dibaca serta diingat hingga saat tiba anak cucu kita kelak kan kita curahkan semuanya. Sama, jangan takut, kata-kata dan ceritanya masih tetap sama, tak akan pernah kuubah dengan cerita-cerita seperti skenario sebuah sinetron yang setiap saat ada perubahan.

Hei, aku masih ingat saat itu. Saat kita berlari dalam ketakutan karena peristiwa yang membuat jantung kita serasa ingin keluar dan mengintip apa yang terjadi. Kita hampir terjatuh yang bukan membuat kita takut namun lebih memilih tawa sebagai cara agar jantung tak melanjutkan niatnya untuk keluar.

Oh, apa Kalian masih ingat saat ulang tahunku??? Sungguh itu baru pertama kali terjadi padaku. Terima kasih ya sahabat!!! :-) , hehe sempat membuat air mataku tak tahan untuk berada selalu di kelopak mata. Akhirnya, dia memaksakan diri untuk memenuhi sudut mata dan membasahi wajahku. :'-)

Ah, aku masih ingat kala kalian mulai dilanda benih-benih cinta. Itu manusiawi, bukankah kita tak pernah tahu kapan Allah datangkan mereka kala kita telah berkomitmen untuk tak bermain-main lagi dalam bercinta??? Ya, kalian ajarkan aku kedewasaan. Wah, aku senang kalian karena Alhamdulillah hingga kini kita tetap menjaga kehormatan kita sebagai seorang muslimah *ku kira hanya aku saja yang belum pernah berpacaran, ternyata kalian juga* ^^

Dan, yang terakhir tentunya semangat dan selalu ingat Allah SWT. Ahhh, sungguh semuanya terlalu indah. Kita sudah terlanjur berada dalam ikatan yang erat dan sepertinya aku tak berniat untuk mengendurkan atau bahkan melepaskan ikatannya. Bagaimana jika lebih ku kuatkan ikatannya??? Apakah berbahaya nantinya bagiku, Sahabat???

Dan ini akhir dari kebersamaan kita. Ahhh, bukannya akhir dari segala persahabatan kita. Tapi, hanya akhir kebersamaan yang sementara. Percayalah kita akan temukan bahagia di tempat yang berbeda hingga nanti tiba saatnya di antara kita temukan kesuksesan, maka mari bersama-sama kita katakan, "Itu sahabatku..."

Waa'laikumsalam warohmatullah hi wabarokatuh...

*Spesial for GEC Family's... I will always remember them, says success for our life... :'-)*

Minggu, 09 Juni 2013

Nostalgia Bersama Kertas Usang

Aku masih ingat cerita itu walau kini waktu membawa detakannya bergulir cepat meninggalkan masa tujuh tahun lalu. Bukankah itu waktu yang cukup lama untuk sebuah ingatan?

Jemariku tak henti menorehkan kata-kata mesra di setiap lembaran yang mungkin isinya hanya aku dan Allah yang tahu. Tapi, tak apalah, bukankah kelak ketika di antara kita sudah tak ada kesempatan menikmati pesona ciptaan Allah, kita masih tetap dapat hidup dalam balutan kenangan.

Buktinya, kertas usang itu yang menjadi saksi. Kamu mengambilnya kala tak ada lagi mata yang memandangnya dan jelas mengabaikan keluh kesahnya.

Kamu menggambarkan keinginanmu kala masih remaja dulu. Gambarmu bagus, seolah hidup dan menampakkan bahwa kamu berdiri dalam panggung megah sambil menunjukkan kebolehanmu dalam bermain musik. Dan ingatan itu masih sama seperti tujuh tahun lalu.

Kamu memberikannya padaku sambil terdengar sepatah kata namun mampu menjatuhkan dalam kubangan rasa yang kian lama kian terasa dalam padamu. "Ambillah..." bukankah itu sebuah kata sederhana bagi seseorang yang bukan pecinta?

Aku hanya mampu terdiam. Entah hantu macam apa yang mulai merasuki seluruh ragaku hingga tak ada niat dalam hati untuk merobek atau bahkan membuang kertas usang itu. Yang aku tahu saat itu mungkin kelak ketika Allah membuat kita dalam lingkaran yang berbeda, masih ada kertas usang ini yang membuat sedikit jalanku untuk tetap mengingatmu.

Benar saja, setiap kali aku mendengar nama orang yang namanya sama denganmu, aku seperti memiliki ikatan batin dengan sang kertas usang. Sepertinya dia selalu tersenyum kala ku buka dan ku tatap setiap goresan gambar di dalamnya.

Namun, kamu kini makin menjadi dalam hati hingga emosi dan mulai membenci. Aku benci ketika nostalgia tentang kertas usang membuatku berharap dalam kepalsuan. Aku benci ketika harapan menertawakanku dan bersekongkol dengan keadaan mencemoohku. Maka, maafkan aku kertas usang, aku harus merobekmu dalam ketidakpercayadirian dan merendammu dalam air yang dengan segera menenggelamkan cerita cinta ini.

Huh, aku lelah. Itu yang selalu ku keluhkan dalam diamku. Cinta dalam diam yang hanya terbukti dalam kertas usang. Kini saat kertas usang telah berlalu, mimpi itupun perlahan sirna. Ku cukupkan bernostalgia dalam kertas usang, kertas yang menjadi perantara antara kamu dan aku. Antara cinta yang hanya datang dari aku. Antara rindu yang selalu menggebu dalam kenangan. Semoga kelak kamu temukan bahagia bersama dia dalam balutan kasih. Dan aku... Aku akan bahagia bersama seseorang yang telah menungguku dibalik pintu, pintu kebahagiaan hingga ku dengar dia berkata, "Kamu tulang rusukku".