Minggu, 09 Juni 2013

Nostalgia Bersama Kertas Usang

Aku masih ingat cerita itu walau kini waktu membawa detakannya bergulir cepat meninggalkan masa tujuh tahun lalu. Bukankah itu waktu yang cukup lama untuk sebuah ingatan?

Jemariku tak henti menorehkan kata-kata mesra di setiap lembaran yang mungkin isinya hanya aku dan Allah yang tahu. Tapi, tak apalah, bukankah kelak ketika di antara kita sudah tak ada kesempatan menikmati pesona ciptaan Allah, kita masih tetap dapat hidup dalam balutan kenangan.

Buktinya, kertas usang itu yang menjadi saksi. Kamu mengambilnya kala tak ada lagi mata yang memandangnya dan jelas mengabaikan keluh kesahnya.

Kamu menggambarkan keinginanmu kala masih remaja dulu. Gambarmu bagus, seolah hidup dan menampakkan bahwa kamu berdiri dalam panggung megah sambil menunjukkan kebolehanmu dalam bermain musik. Dan ingatan itu masih sama seperti tujuh tahun lalu.

Kamu memberikannya padaku sambil terdengar sepatah kata namun mampu menjatuhkan dalam kubangan rasa yang kian lama kian terasa dalam padamu. "Ambillah..." bukankah itu sebuah kata sederhana bagi seseorang yang bukan pecinta?

Aku hanya mampu terdiam. Entah hantu macam apa yang mulai merasuki seluruh ragaku hingga tak ada niat dalam hati untuk merobek atau bahkan membuang kertas usang itu. Yang aku tahu saat itu mungkin kelak ketika Allah membuat kita dalam lingkaran yang berbeda, masih ada kertas usang ini yang membuat sedikit jalanku untuk tetap mengingatmu.

Benar saja, setiap kali aku mendengar nama orang yang namanya sama denganmu, aku seperti memiliki ikatan batin dengan sang kertas usang. Sepertinya dia selalu tersenyum kala ku buka dan ku tatap setiap goresan gambar di dalamnya.

Namun, kamu kini makin menjadi dalam hati hingga emosi dan mulai membenci. Aku benci ketika nostalgia tentang kertas usang membuatku berharap dalam kepalsuan. Aku benci ketika harapan menertawakanku dan bersekongkol dengan keadaan mencemoohku. Maka, maafkan aku kertas usang, aku harus merobekmu dalam ketidakpercayadirian dan merendammu dalam air yang dengan segera menenggelamkan cerita cinta ini.

Huh, aku lelah. Itu yang selalu ku keluhkan dalam diamku. Cinta dalam diam yang hanya terbukti dalam kertas usang. Kini saat kertas usang telah berlalu, mimpi itupun perlahan sirna. Ku cukupkan bernostalgia dalam kertas usang, kertas yang menjadi perantara antara kamu dan aku. Antara cinta yang hanya datang dari aku. Antara rindu yang selalu menggebu dalam kenangan. Semoga kelak kamu temukan bahagia bersama dia dalam balutan kasih. Dan aku... Aku akan bahagia bersama seseorang yang telah menungguku dibalik pintu, pintu kebahagiaan hingga ku dengar dia berkata, "Kamu tulang rusukku".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar