Palembang, 1 Agustus 2013
Kala itu aku masih merasakan dinginnya udara mempermainkanku diiringi air yang semakin bahagia menumpahkan butiran-butirannya. Angin pun tak kalah ikut campur saat hujan mengajaknya berlari riang di Bumi.
Oh, Tuhan. Saat ini aku hanya berharap ada Malaikat yang kan menyelimutiku dengan sayapnya yang hangat. Memelukku erat hingga tak ku rasakan lagi dinginnya udara yang sudah membuatku sedikit hilang kesadaran.
Aku tertegun saat sesuatu menyelimutiku. Aku mulai merasakan rasa hangat lebih dari sebuah selimut tebal. Hingga ku tolehkan kepalaku ke sisi kanan. Di sanalah sebuah senyuman ku temukan. Senyuman tulus yang menambah hangat tubuhku yang telah menggigil. Mengabaikan rasa dingin yang juga menyelimutinya.
Ada seberkas harapan dalam jiwa. Dia telah berani menyentuh perasaanku. Menaikkan harapan ke tingkat yang lebih tinggi. Ingin rasanya aku berteriak dalam diam. Menyalahkan dingin karena dialah penyebab munculnya harapan akan cinta ini.
Cinta??? Mungkin aku sudah mulai terbius akan cintanya. Meski berkali-kali mengabaikan perasaan, mengacuhkan segenap emosi ingin memiliki. Semakin aku mencoba memungkiri, semakin kamu bebas berlari indah di pikiranku.
Tuhan...
Jika rasa ini hanya milikku, jika dia bukan penawar atas setiap rasa sakit hatiku, jika rasanya bukan untukku, maka bantu aku menghapus kenangan indah ini, buat dia segera bergegas pergi dari memori otakku. Enyahkan dia dalam perjalanan panjang cintaku.
Tapi, Tuhan...
Jika rasa ini benar, jika harapan ini bukan kesia-siaan, jika dia menjadikanku sebagai judul dalam setiap doanya, maka biarkan dia menjadi penghuni sejati jiwa ini. Biarkan dia bertahta indah dalam singasana hati. Izinkan kami menyatukan setiap keping-keping hati yang pecah oleh luka lama.
Karena dia, cinta dalam diam di tengah hujan...
By: Indah Puspita Rini
*terinspirasi saat berteduh di tengah hujan dan melihat seorang pria memasangkan jaketnya pada sang wanita ^_^*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar